Home » » Kemerdekaan Untuk Memilih

Kemerdekaan Untuk Memilih

Berbicara mengenai pilihan tentunya, bagi setiap orang mampu mudah berbicara kata “pilihan.” Dengan berbagai ucapan seputar pilihan, seperti halnya berbicara bahwa ini adalah pilihan, atau tak ada pilihan, atau dengan ucapan bahwa tak memilih juga sebuah pilihan. Apapun bentuk dari pilihan tersebut, terdapat sebuah imbas dari pilihan tersebut.

Dari imbas tersebuat terkadang sebuah menghadirkan sebuah penyesalan dengan kutukan terhadap apa yang menjadi pilihan. Dan kata imbas terkadang disebutnya hukum kausalitas dalam dunia filasat.

Kembali kepada kata “pilihan” sendiri menguak sebuah pertanyaan, benarkah orang memilih atau adakah pilihan saat saat sesorang terjebak dan tak mampu melakukan pilihan lainya, atau seberapa kuat kita berjalan untuk meneruskan pilihan tersebut, kenapa kita memilih? Pertanyaan-pertanyaan ini memang setiap orang mempunyai kuasa untuk menjawabnya, dengan berbagai berbagai alasan untuk pertanyaan tersebut.

Lalu bagaimana dengan ungkapan bahwa tak ada kemerdekaan saat memilih, sehingga apa yang dipilih merupakan sebuah keterpaksaan, dan mungkin anda juga pernah merasakan hal seperti itu. Tapi, bukankah dalam sebuah pilihan merupakan bentuk dari kemerdekaan yang dimiliki oleh setiap individu. Seperti halnya kita bebes mau menghendak warna apa, bebas memilih kopi atau teh?

Kembali pada kata tak ada pilihan, untuk itu, saya hendak mengutip sebuah dialog yang terjadi pada film dibintangi Jackie Chan dan secara kebetulan untuk judul tersebut saya telah melupakannya. pada adegan itu, terjadi sebuah dialog antara seorang ayah yang sedang bersama anaknya, sang anak berbicara “ayah, saya lapar,” diiringi rengek tangis. Seakan tanpa sebuah pilihan akhirnya sang ayah memutuskan untuk mencuri sebuah roti di Supermaket.

Apa yang dilakukan oleh seorang ayah seperti tak ada kuasa untuk mengelak dari tekanan, dan tak ada pilihan selain mencuri roti. Atas putus tersebut benarkah tak ada pilihan, sehingga ia putuskan untuk mencuri, atau mencuri itu bentuk pilihan, bukan sebuah keterpaksaan? Maka silahakan jawab sendiri-sendiri.

Untuk itu saya hendak berbicara tentang “kemerdekaan” dan “pilihan”, dua kata mengenai sebarapa jauh sebuah kemerdekaan tersebut benar adanya sehingga kita dapat menentukan pilihan tanpa sebuah tekanan dari segala bentuk.

Kemerdekaan yang merupakan hak yang harus diperoleh oleh setiap individu, tampa harus diinterpensi dan menginterpensi seperti yang saya kutip dari seoran sahabat saya tatkala mengobrol di warung kopi, apa yang dibicarakan bahwa ia mengutip ungkapan Tan Malaka tentang kebebesan 100 %.

Selain itu bahwa bentuk dari kemerdekaan, yakni sebuah hak berupa kesempatan untuk mewujudkan atas apa yang menjadi pilihan secara adil, dan jika memang harus bertanding maka biarkan bertanding secara jantan, tak perlu lagi memandang siapa yang berbicara atau ia memiliki gelar apa, seberapa banyak uangnya, jadi teringat sebuah ungkapan bahwa jangan melihat siapa yang berbicara, tapi lihatlah apa yang dibicarakan.

Jika selama ini banyak orang yang mengeluhkan mengenai kata bahwa tak ada pilihan, kenapa hal tersebut masih juga terjadi, maka biarkan semua bertanya pada dirisendiri benarkah ia telah memberikan kebebasan terhadapa orang lain untuk memutuskan sebuah kemerdekaannya. Dan Jika ia telah bebas untuk memilih maka biarkan ia juga berhak juga menanggung segala macam konsekuensi atas apa yang menjadi pilihannya.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

3 komentar:

  1. ini juga ada hubungannya dengan takdir :P

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. bisa juga iya, terimakasih atas komentarnya. kutipan anda menarik juga.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger