Home » » Wisata Sejarah

Wisata Sejarah

saptu malam, saya berusaha mengingat tanggal berapa, tapi belum juga otak ini menemukan kapan tanggal kami melakukan perjalanan. malam itu, kami memutuskan untuk jalan, dari jalan-jalan yang tak jelas akahirnya kami memutuskan untuk menuju sebuah bangunan tua, dan karena bangunan yang tua maka daerah itu dinamakan dengan kota tua.

Jarak yang kami tempuh memakan waktu sekitar 1,5 jam, pemberakatan yang dimulai dari Ciputat. Hal itu terasa lebih cepat dari biasanya, satu hal yang mungkin karena jalan raya sudah cukup lenggang dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Selain perjalanan pada hari libur, hal ini juga disebababkan dengan pemberangkatan pada waktu sudah malam.

Sepanjang perjalanan kami dikagetkan dengan rombongan orang yang menaiki sepeda dengan kecepatan yang lumanya untuk ukuran mengendari sepeda. Mereka diperkiran melaju dengan kecepatan kurang lebih 50 KM/jam hal itu diketahui tatkala temanku yang mengendarai sepeda motor mengikuti dari samping.

Kami terus mengikuti mereka dari samping, lalu kami sempat tertinggal saat menerobos lampu merah. Lalu satu-satu dari mereka memasuki jalan cepat. Kira-kira 2 menit akhirnya lampu hijau menyala, “kejar mereka, saya ingin tahu sampai mana finisnya” ujarku
.
Sekitar setengah jam akhirnya kami menemukan mereka, mereka berkumpul di lingakaran Hotel Indonesia (HI), sebuah lingkaran yang di tengah-tengah lingkaran terdapat genangan air yang melingkar, dan di tengah-tengahnya berdiri patung perempuan dan laki-laki.

Jumlah sepeda yang berkumpul tak terhitung banyaknya, dari segala jenis sepeda terkumpul, mungkin mereka telah membentuk sebuah komunitas, dan berjanji untuk berkumpul.

Sejenak kami menghentikan kendaraan kami, sebelum kami memutuskan untuk melakukan perjalanan kembali. Dan akhirnya kami sampai juga pada tujuan, sebuah gedung bertuliskan Musium Mandiri yang berhadapan dengan pemberhentian Bus Way terakhir menyambut kedatangan kami, dan berlanjut dengan gedung-gedung yang telah rapuh termakan waktu.

Tak hanya gedung-gedung yang menyambut kedatangan kami, tapi terdapat beberapa orang, dan orang-orang tersebut semakin ramai saat kami mencari tempat untuk memakirkan sepada motor, karena setiap parkiran terasa penuh oleh kendaraan roda dua.
Dari beberapa orang yang berada ada yang sibuk bermain dengan kamera, dan sebagaian menampang di depan lensa kamera, ada juga yang menyewa sepeda dengan memakai asesoris zaman dahulu.

“Sudah jadi tempat hiburan” ungkap temanku, akhirnya saya hanya mengaguk. Entah apa yang membuat mereka datang kesini, adakah mereka mencoba menyelami mengenai sejarah, atau hanya sebatas mencari tempat hiburan? Mungkin mereka sama atas apa yang kurasakan, saya kesini karena sumpek dengan rutinitas yang menjemukan, oleh karena itu aku membutuhkan hiburan, mungkin setiap orang butuh untuk mendapatkan hiburan, ungkapku membatin.

Tak ada yang salah dengan ucapan temanku, karena ia menilai bahwa ini bukan tempat wisata, tapi ada kontemplasi untuk mengeng tragedi, dan gedung-gedung tersebut merupakan saksinya. Tapi, adakah salah dengan mereka.

Ini bukan salah dan benar, tapi bagaimana “kota tua” tetap akan selalu ada, dengan pengunjung yang datang setidaknya memahami sebuah sejarah. Dari ungkapan yang terus membatin akhirnya aku mengajak temanku untuk meninggalkan wisata sejarah ini, “mau kemana?” jawab temanku. “Sunda Kelapa” jawabku singkat.

Hembusan angin dengan membawa bau khas menyambut kedatangan kami, setelah kami memasuki sebuah gapura yang bertuliskan selamat datang. Suasana nampak sepi tak seramai di Kota Tua, nampak terlihat orang-orang memindahkan barang dari sebuah Truk besar ke Kapal pengakut barang. Meraka meminggul sambil melintasi sebilah jempatan yang dijadikan penghubunga antarnya. Jempatan yang berukuran hanya cukup satu orang, dan jempatan tersebut terdapat dua, dan satu untuk arah ke kapal dan satunya untuk kembali guna mengakut barang.

Akhirnya kami mencari sebuah warung yang berjualan kopi, malam semakin larut saat aku menghampiri seorang nenek penjual kopi, di sampingnya terdapat seorang laki-laki yang berumur sama.

Sambil menikmati secangkir kopi dan kepulan rokok, kami membisu, entah apa yang ada dibenak ia, mungkin ia juga berpikiran sama dengan saya.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

1 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger