Home » » Takut munculkan Teroris

Takut munculkan Teroris

Entah apa penyebabnya yang membuat kata teroris menguak kembali kepermukaan. Setelah sebelumnya terasa hilang begitu saja. Mengenai kata teroris sendiri jika kata teroris dibuang is akan menghasilkan teror (ancaman), mengenai teror itu sendiri dapat dilakukan oleh hampir setiap orang, dari pendidik dengan yang didik, orang tua terhadap anak, teman terhadap teman, dan lainya. Dalam menteror sendiri bisa dalam bentuk tulisan, lisan atau hal-hal lain. Dari semuanya dapat kita ketemui dalam kehidupan sehari-hari disadari ataupun tanpa disadari.

Lalu untuk apa seseorang yang melakukan teror terhadap orang atau melakukan untuk menjatuhkan mental sesorang . Salah satu alasan yang sering diucapkan ialah untuk memberikan penyadaran seperti halnya yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak.

Selanjutnya jika kata teror dihadirkan is akan menjadi teroris menurut data yang diambil dari http://id.wikipedia adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat.

Apakah tujuan dari teror yang dilakukan sekelompok teroris sama dengan teror yang dilakukan orang tua? Bisa saja jawaban iya, hal ini dilakukan untuk memberikan pelajaran. Hal lain yang menjadi pertanyaan kenapa ada teroris, dan dari mana teroris muncul? Setidaknya hal yang menghadirkan pertanyaan? Tak hanya itu, kenapa kata teroris selalu berkaitan dengan Islam? Sebelum mencari penyelesaian dari masalah tersebut. Marilah melihat pada teori hukum kausalitas (sebab akibat) menghadirkan sebuah bentuk ada sebab maka ada akibat, meskipun terori tersebut masih munculkan perdebatan.

Dan jika ditarik mengenai teroris dalam hukum kausalitas akan menimbulkan pertanyaan karena ada sesuatu maka muncul teroris itu sendiri. Maka untuk melihat penyebab munculnya teroris itu sendiri atau asal mulanya kehadirannya. Maka akan nampak sebuah sejarah kelahiran dari teroris itu sendiri.

Dalam sejarah Indonesia selepas kemerdekan akan memunculkan beberapa tiga pandangan tersebesar, yakni komunis, Islam, dan Nasionalis. Ketiga pandangan tersebut hendak meramaikan guna mengisi kemerdekaan Indonesia. Dari ketiga hal tersebut, pernah juga dirumuskan dalam pemikiran Presiden pertama Indonesia dengan sebuah konsep untuk menggabungkan ketiganya dengan sebutan NASAKOM. Apakah cukup berhasil untuk menggabungkan ketiga element tersebut, tulisan ini bukan hendak berbicara teori NASAKOM tersebut.

Berbicara mengenai Komunis, Islam, dan Nasionalis dengan tokohnya masing-masing berusaha hendak membawa bagaimana paham Indonesia ke depan. Dari ketiga sangat mungkin untuk dipecah belah oleh pihak-pihak tertentu. Lalu apakah praktik pemecah belah masih berlanjut?
Dan untuk menjawab bukan sekedar ada atau tidak, tapi menelisik mengenai kata pemecah belah, dan saat pemecah-belah telah terjadi maka akan terdapat sesorang (sekelompok) yang merasa dirugikan, kerugiaan pun dapat terjadi dari kebijakan sang pembuat kebijakan. Maka ketika ada yang merasakan dirugikan, maka akan muncul sebuah reaksi agar dapat menuntut keadilan.

Dan tak hanya tuntutan berupa keadilan, yakni bagaimana perasan kerugianpun tak terjadi kembali. Maka salah satu jalan memberikan sebuah tawaran agar kerugian tak terjadi kembali. Dari kerugian tersebut menjadi sebuah ancaman yang harus dihilangkan, dan tawaran tersebut merupakan sebuah perjuangan yang harus dicapai.

Kedua hal ini yang menjadi sebuah perjuangan yang hendak dilakukan oleh seseroang (sekolompok) Terlepas dari tawaran itu sendiri, yang hendak dibahas dulu berupa penuntutan akan keadilan. Dalam menuntut keadilan yang hendak ingin dicapai, dan dari sebuah reaksi tersebut dapat menciptakan perlawanan dengan sikap ekstrim. dan hal ini terjadi disebab dengan memunculkanya banyangan-banyangan jika sebuah traumatik terhadap peristiwa yang merugikan terhadap suatu individu (kelompok) jika semakin ditindas.

Dengan banyangan-banyangan tersebut menjadikan sebuah ketakutan akan yang yang dianggap penindas. Dan ketakutan semakin dapat berubah menjadi kebencian, kala kebencian semakin memuncak maka dengan mudahnya diperdaya dengan informasi, meskipun informasi yang didapati hanya kebohongan. Dapat dicontohkan, semisal seseorang atau sekolompok mendapatkan informasi sebuah ancaman akan diserang oleh sekolompok dari yang lain.

Atas informasi tersebut, lalu apa yang akan terjadi? Hal yang paling mungkin seseorang atau sekolompok akan secapat kilat membentuk benteng pertahanan atau menyerang sebelum diserang. Hal inilah yang terjadi pada Islam, Islam yang merasa diperlakukan dengan tak adil dan pada akhirnya mereka menuntut untuk mendapatkan keadilan.

Dari individu beragama Islam yang meresa terancam akan mencari teman yang merasakan hal serupa, sehinga individu tersebut membentuk suatu kelompok, dan dari kelompok tersebut akan membentuk sebuah perlawanan saat mendapatkan informasi. Dengan informasi tersebut yang akan menciptakan ketakutan-ketakutan. Dan sangat mungkin bahwa sebuah ketakutan tersebut sengaja diciptakan.

Lalu untuk apa diciptakan Ketakutan-ketakutan tersebut? Diciptakanya ketakutan agar terjadi konflik, dan pihak-pihak tertentu akan mendapatkan keuntungan atas konflik terjaidi. Lalu kenapa pemecah itu dilakukan, tak lain adalah persoalan kekuasaan.

Dan sangat mungkin bahwa ini hanyalah politik saja. Jika berbicara mengenai kekuasaan maka sangat mungkin ungkapan Macheveli dengan penuturannya yang kurang lebih apapun akan dilakukan hanya untuk mencapai kekuasaan, dan kekuasaan sangat berkaitan dengan politik.

Dan mengenai tawaran itu sendiri, apakah Negara Islam Indonesia dapat memberikan sebuah tawaran, tentunya ada yang akan mengagap inilah adalah iya sedangkan untuk yang lain tidak. tapi, yang jelas bahwa hal tersebut sangat mungkin untuk diadu domba dengan ketakutan-ketakutan berupa informasi palsu. Dan adapun informasi bisa berupa penyerangan salah satu orang (kelompok) terhadap orang (kelompok), dan dari informasi palsu itu sendiri mampu menciptkan ketakutan, maka atas ketakutan tersebut membentuk hal-hal yang ekstrim.

Dan tak ada yang diuntungkan dari konflik, selain orang yang mengadu domba. Dan yang paling bodoh adalah orang yang mau diadu domba, baik Islam dengan Islam itu sendiri. Jika pemerintah benar-benar berniat menyelesaikan rasa teror tentu dia memahami apa yang harus dilakukan. Apalagi jika benar teroris adalah terlahir dari kebijakan yang membuat orang (sekelompok) merasa dirugikan.

tulisan ini merupakan hasi dari seminar yang diadakan di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dengan kemampuan keterbatasan penulis untuk menganalisa. Dan tulisan ini masih teramat jauh dari kata rapih, sistematis, kurang data atau apa saja, dan memang masih perlu diperbaikin.

Terlepas dari semua itu, semoga saja dapat memberikan informasi. Sehingga memberikan pemaham untuk kita semua.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger