Home » » Novel itu, Bukan Sastra

Novel itu, Bukan Sastra

Apa yang membuat Novel Laskar Pelangi karya Andra Hirata bukanlah karya sastra menurut sebagaian banyak sastrawan, mereka mengagap itu hanya sebagai sastra populer, sastra hiburan ungkap Putu Wijaya di kediamannya, Kerta Mukti, Ciputat. Walaupun demikian, menurutnya itu masih merupakan karya sastra.

Karena Sastra sendiri, menurut laki-laki yang enggan melepas topi khas di hadapan orang lain, bahwa semua ekspresi dengan bahasa sebagai basisnya, semua bentuk ekpresi dengan basisnya bahasa itu merupakan sastra.

Meskipun demikian tak semuanya bagus, karya sasta yang bagus menurut pemimpin teater Mandiri adalah sebuah karya sastra yang dapat memberikan pengalaman batin kepada orang yang membacanya, lebih daripada itu juga, ia bisa mengubah orang macet menjadi ingin bekerja, yakni karya sastra yang bisa membuka unsur-unsur yang macet jadi terbuka, dan juga membuka pikiran kita.

Dan kala membacanya berulang kali, karya selalu berbunyi meskipun dibaca di waktu yang berbeda artinya satu kekayaan batin yang hidup yang meskipun sudah ditinggalkan oleh penulis. Karya itu berkembang dengan penafsiran yang baru sehingga sebuah karya sastra yang dibaca misal pada waktu kita 15 tahun dibaca lagi 45 maka karya sastra itu menjadi yang baru, dan tentunya berbeda dengan sastra yang hanya sekali makan, lalu sesudah itu mati. .

Penyebab, sebagaian sastrawan mengatakan novel itu, bukan karya sastra “terjadi karena tidak ada kritik, tidak tegaknya kritik yang bisa menjadi wasit, yang bisa memberikan suatu timbangan apa yang sebenarnya perkembangan sastra ini.” ketiadaan orang untuk menjadi kritik sastra, meskipun banyak terdapat orang yang bisa menjadi kritik yang bagus. Tapi, sekarang ketika kesenian telah menjadi industri, siapa yang mau menjadi kritik sastra? Mereka berkeinganan untuk menjadi penulis. Karena untuk menjadi kritik tak mendapatkan penghargaan, selain itu, terutama tidak mempunyai masa depan.

Tak hanya menimpa pada kritik sastra, kehidupan seni sendiri kurang diperhatikan. Hal ini, yang membuat hampir seluruh orang tua mengharapkan anaknya bukan bergelut dengan kesenian, melainkan Dokter atau hal-hal yang lain yang bisa membawa kepada kehidupan yang lumayan, Sebagaimana yang dirasakan oleh Putu, yang orang tuanya berkeinginan anaknya untuk kuliah di kedokteran agar menjadi Dokter, namun karena merasa lemah dalam bidang sains yang membuat memilih jalan hidupnya, dan setiap orang mempunyai bakat yang berbeda.

Obralan siang hari (15/9) berjalan santai, hujan yang mengguyur perkarangan rumahnya, membuat matahari tak menyengat dengan sangat. Laki-laki berasal dari Bali menambahkan, tidak ada kritik sastra membuat sastra kehilangan arah dan menjadikan golongan-golongan sastra, ada sastra untuk anak-anak, sastra untuk dewasa, sastra untuk agama, segmentasi sastra untuk wanita, pejabat, sastra yang kemudian direkayasa oleh penerbit yang mengatakan ini buku best seller, buku laris dan buku tidak laris, mereka tidak peduli buku itu bagus atau tidak semua telah dikacaukan.

Golongan-golongan itu, membuat sastra mempunyai identitas tertentu sehingga tak bisa dinikmati oleh banyak, hanya bisa dinikmati oleh sekolompok orang-orang tertentu, ini lah yang membuat penggemar Chair Anwar tak menyukainya.

Tak hanya itu, tak adanya kritik sastra yang menjadikan kubu lendir, Horison, hutan kayu. Dan menjadikan polemik antar kubu. Bahkan ada yang merasakan bahwa seni daerah tidak dihargai kerena Jakarta sudah mendominasi, ungkapan yang dilontarkan Arif Budiman berasal dari Salatiga, Jawa Tengah, dengan wacana yang digulirkan sastra kontekstual.

Ada pun, perhelatan akbar mengenai perdebatan sastra bermula dari polemik Barat dan Timur. Pertikaian yang berlangsung antara Sutan Takdir Alisabana sebagai perwakilan yang mengajak kita untuk lebih melihat Barat yang rasional dan Sanusi Pane sebagai wakil dari Timur.

Lalu berlanjut pada persolan pornografi hingga terbentuknya Undang-Undang pornografi dan tak kunjung untas. Tak hanya itu, konflik mengenai sastra yang berimbas beberapa orang masuk bui, dikarenakan kehendak menjadikan sastra untuk masyarakat atau pun sastra untuk seni. Sebenarnya perikaian ini dimulai di Perancis yang berkembang dengan kemunculan komunis dan memuncuk dengan adanya Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).

Lekra yang berkehendak menjadikan seni untuk rakyat yang bertolak belakang dengan Manikebu yang mengagap sastra sebagai humanisme universal yang memandang bahwa tidak perlu seni itu untuk rakyat. Seni itu, tidak hanya untuk golongan-golongan tertentu, melainkan untuk semua orang
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger