Home » » Manusia Pelempar Dadu

Manusia Pelempar Dadu

Siapa saya?
siapa anda?
siapa kita?

Pertanyaan yang diajukan bukan hanya untuk saya dan juga anda, tapi bagi mereka mempertanyakannya, meskipun sekilas atau pun tanpa menyadarinya. Lalu seperti apakah kehidupan tersebut?

Terdapat seorang anak yang sedikit tidaknya pernah mendengan argumentasi Filosof Yunani Aristo menyebut manusia adalah hewan yang berpikir, lalu ada tokoh dari Jerman yang mengagap dirinya dinamit dengan kata-katanya yang sebagaian orang pusing dibuatnya, adapun kata-katanya berupa “Tuhan sudah mati, “ orang itu bernama Nietzsche. Dengan kumis tebalnya ia berargumen bahwa dengan kematian Tuhan dan menolak Tuhan-Tuhan yang lain maka akan menciptakan manusia unggul dengan kehendak berkuasa.

Ia terus saja melangkah, entah sampai dimana lalu secara tiba-tiba, didapatinya terdapat beberapa orang yang berkumpul dan salah satu dari mereka meletakan dadu pada sebuah papan melingkar yang berukuran sama dengan luas setengah batok kelepa, batok kelapa yang dijadikan penutup dadu dengan alas papan yang membuat tak ada celah sedikitpun, lalu orang tersebut mengakatnya kemudian mengocok, setelah itu meletakan kembali.

Setelah itu orang-orang yang melikar menerka dengan mengerutkan kening, ada yang santai lalu mereka menaruhkan uang pada bulatan-bulatan pada kertas berukuran besar, dengan bulatan ebih besar dari bulatan pada dadu. Jika bulatan pada dadu berjumlah sama dengan jumlah bulatan kertas maka dialah yang berhak sebagai pemenang.

Dalam permainan ini terdapat beberapa orang yang menyebutnya dengan permainan koprok. Sekarang kau tebak jumlah bulatan dadu yang akan muncul dipermukan? Silahkan kau gunakan rumus peluang atau hal-hal yang lain.

Jika rumusan peluang tepat maka kebetulan tepat.siapa yang berani untuk menjamin kebenaran tenang bulatan dadu yang akan ke luar, dan kita akan mengetahui kebenaran setelah batok kelapa diangakat. Tentunya bagi orang-orang yang hanya kebetulan dapat menebak dengan benar.

“apa maksudmu?”

“kehidupan memang seperti permainan, kita tak pernah tau apa yang akan terjadi esok dengan kebenaran adalah kebetulan.maka bagi siapapun yang ikut dalam permainan tersebut bebas menerka berapa jumlah bulatan dadu yang akan keluar, dan kebenarann kemenangan setelah kebetulan menerka tepat ?”

“Jika, kita adalah orang-orang yang menerka, lantas siapa yang sebagai pelempar dadu?”

“jangan bertanya siapa yang menjadi pelempar dadu, tapi bertanya kenapa kita ikut bermain?”

“kenapa?”

“tayakan saja pada mereka”

Sejenak hening kembali
“Mungkin mereka mengagap sebagai hiburan dengan memandang sebagai permainan setelah melakukan rutinitas, atau mungkin ada hasrat yang begitu kuat untuk kaya karena peluang dari bulatan dadu, atau entahlah”.
“Tapi, dari pertayaanmu ada yang menarik”

“Pertayaan yang mana?”

“Siapa pelempar dadu? Bagaimana kalau kita bunuh saja pelempar dadu”.

“jika pelempar dadu mati, maka tak ada permainan”.

“permainan akan tetap ada selama manusia mempuanyai hasrat dan karena itu pula, manusia akan terjebak pada permainan yang dibuatnya”.

“Kira-kira siapa yang akan menggantikannya?”

“kamu, kamu yang akan menjadi pelempar dadu dan pelempar dadu bisa siapa saja, meskipun pelemper dadu sendiri tak mengetahui apa yang akan keluar?”
Selapas kata-kata tersebut, pelempar dadupun pergi.
Selang berapa lama, entah untuk berapa lama akhirnya terjadi pertemuan

“Kau gantikan saya”

“menggantikan apa”

“jadi pelemper dadu kembali, saya jenuh dengan menjadi pelempar dadu menggantikanmu”.

Tanpa jawaban, akhirnya pelempar dadu meyerahakan alat-alat koprok, seperti apa yang telah dilakukan oleh pelempar dadu sebelumnya. Lalu mereka berjabat tangan tanda serah terima jabatan sebagai pelempar dadu.

Setelah semuanya usai, orang itu pergi seperti apa yang dilakukan oleh pelempar dadu sebelumnya. Dan keesokan hari, saat matahari mulai menyusup dibalik semak-semak, dan secara perlahan-perlahan rembulan muncul. Orang itu berjalan menelusuri gang-gang perumahan dengan penerang lampu-lampu rumah, langkahnya begitu cepat seperti hendak berlari.

Lalu ia mamasuki semak belukar,tangannya sibuk menyisihkan alang-alang yang dihadapannya, matanya tajam mencari celah-celah agar bisa dilalui. Entah langkah keberapa dihadapanya terdapat tanah lapang dengan gerombolan orang-orang dengan lentara sebagai penerang.

Ciputat, 23/3
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger