Home » » Teman yang Diam 2

Teman yang Diam 2

Kau telah kujampai, dan sekarang tak ada siapa pun yang akan menggangu kita. mereka telah pergi dan tak ada kata-kata yang selalu terlontar. Yang membuat kita selalu berada diantara “barat dan timur” dan kita menjadi muak. Terutama saat mereka menatap dengan tatapan yang sangat tajam.

Kau masih ingatkan, saat aku berujar padamu, bahwa tak ada kata yang terlontar dengan hati. Meskipun ada hanya tersembunyi dalam balutan dogma.

Dan sekarang marilah berdendang, tampa kuatir karena kita akan ada iringan musik buat kita. Tampa mereka malu akannya. Karena mereka sedang melakukan pesta dan aku mengetahuinya bahwa pesta malam mereka hanya untuk sang bulan. Mungkin kau akan bertanya tentang yang lain.

Ku harap cukup. Jangan kau tanyakan tentang bintang, angin malam yang berhembus ini, mereka hanya bagian dari malam. Terlalu kecil mereka untuk terlihat. Memang indah, dan terasa sejuk hingga melengkapi semunya. Aku juga begitu merasakannya. Dan sekali lagi aku tegaskan cukup.

Mungkin terlalu lemah, sampai aku yang tak sanggup untuk menceritakan semua itu. Karena aku telah membuat goresan cerita untuknya dan menjadikan suatu harapan dalam sebuah waktu.

Karena itu pula, aku tak akan memberikan alasannya, karena terlalu membut aku pusing untuk sekadar memberikan jawabannya. Bukan hanya itu aku takut jawaban itu tak mampu memberikan kedamaian. Dan bahkan mungkin memberikanmu rasa bisu. Maka biarkan mereka hanya untuk dilihat dan dirasakan, bukan untuk dibicarakan.

Oh, iya aku hampir melupakan untuk melontarkan permisi dulu biarkan kucicipi dulu sebelum kau serahkan semua rasa. Karena aku tak mau kau hanya lewat begitu saja. Karena rasa itu tak begitu kuat, dan aku terlalu cepat kehilanganmu. Hingga aku akan mencari-cari lagi keberadaanmu. Dengan hempasan senyum yang makin menipis. Yang membuat aku takut dan merasa gelisah.

Seperti yang pernah terasa, saat senyum yang berada dalam ujung jalan, saat itu aku menyaksikan lemparan senyum yang begitu manis yang membuat aku yakin tentang senyum tersebut. Dengan rasa tersebut hadir setiap saat. Sampai benar-benar hadir kembali. Lalu aku akan berkata “senyummu indah maka tersenyumlah” lalu ia akan tersenyum dan senyum.

Namun sayang, senyum tersebut seperti busur panah yang terlepas dan tak kembali. Hanya untuk menghampiri sang perindu senyum. Dan kemana seyum tersebut selalu ku tanya dan selalu. Pertanyaan yang kunanti dalam jenjang waktu yang tak menentu.

Saat itu aku mulai mencarinya, diantara ruang-rung yang kian menghempit. Terasa tersembunyi dibalik ilalang. Dan semua terasa menjadi gelap hingga membuat mataku tertutup.

Aku mulai menanyakan bukankah ada jarak saat busur panah menghempaskan anak panah. Dan seberapa jaraknya? Dan kau tau teman, aku sang pemilik panah tersebut, yang dengan, iya dengan tampa sadar aku melepaskan anak panah. Dan membuat ini menjadi nyata, benar-benar nyata saat senyum terlepas.

Kau tau teman, karena aku merasakan semua telah menyatu untuk hal ini. yang membuat aku berkata “pergilah dengan selamat dan kembalilah dengan selamat dengan membawa senyum yang menjadi nyata”.


Dan sekarang, saat anak panah tersebut telah ditemukan, saat itu juga aku menyaksikan ia senyum. Namun, bukan untuk sang pemilik panah. Kau tau teman siapa pemilik panah tersebut. Dia yang telah menemukan dan mengelus. Lalu anak panah tersebut tersenyum kepadanya.

Kenapa diam, tak usah diam seperti batu. Kau tau teman kita jua akan terpisahkan oleh keadaan oleh tuan waktu, lalu aku akan memakinya. Dengan bertanya-tanya kenapa semua ini terjadi. Dan waktu berhenti, karena telah membuat ia terlalu lelah. Benar nyata kelelehan hingga menyakini aku bahwa, “aku lelah”. Sampai tak kuat lagi untuk melangkah.

Dengan cara memutuskan waktu, dia mulai berdiri di atasnya. Namun, aku menyakini bahwa waktu masih terbentang panjang yang tak terjangkau oleh pandang mata.

Kini aku hanya akan diam, dengan gelas yang berada ditangan dan tak berniat sedikitpun meletakannya. Tampa kata, karena semua tak akan pernah bisa mengutarakan rasa tersebut. Walaupun ada, yang terlontar, hanya serpihan-serpihan. Sebagaian dari ucapan tentang kegelisahan hati.

(kehingan malam 10/09)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger