Home » » Guru Pembunuh

Guru Pembunuh

Bermula dari, saat aku bersama dengan teman hendak ke Lebak Bulus. Dan akhirnya kami menaiki angkot jurusan ciputat Pondok Labu. Aku dan temanku duduk berhadapan di pojok. Disamping aku duduk dua perempuan yang berhadapan jua. Dengan menggunakan seragam sekolah disamping lengen kemaja tertulis SMA Negri I.mereka asik ngobrol.

Tampa sadar kuping ini menangkap pembicaraan tentang apa yang mereka bicarakan. berbincang tentang seputar pengalaman mereka dalam sekolah, tak terlepasa guru yang menjadi peran sentral dalam pendidikan.

Bagaimana guru mengasih motifasi dalam pendidikan dan menyarankan agar mereka lebih menguasi tertuma dalam matematika dan bahasa inggris. Dan guru tersebut memberikan sifat dari anak-anaknaya. Yang dihadapan jua tak mau ketinggalan dalam bercerita tentang wali muridnya.

Yang menceritakanan tentang ke lima anaknya yang sukses menempuh dunia pendidikan dan kuliah Uneversitan Indonesia (UI). Terlihat raut kekaguman meraka terhadap itu semua. Dan penuh pengharapan akan seperti itu. Dengan melupakan siapa dia sendiri. Dengan bakat yang lebih unggul dalam bidang yang lain.

Semua yang mereka ceritakan tentang dunia sains dan tertuma kedokteran yang kian banyak peminat. Dan hal ini yang membuat aku penasaran, mengapa mereka tak menyinggung dunia ilmu yang lain. Seakan dunia sains merupakan sebuah jawaban dari segala persoalan hidup, karena telah mendapatkan jaminan.

Oleh karena itu penekanan pada otak kiri merupakan hal yang utama. Dan kedua kalinya menanyakan bagaiama dengna duani ilmu-ilmu yang lain. Apakah sudah tidak ada tempat baginya. Dengan sendirinya bahwa telah mengikari atas apa yang telah diciptakan oleh Tuhan.

Karena jika melihat apa yang yang telah diciptakan oleh Tuhan kepada umatnya. Terutama manusia. Dan kita pun akhirnya mengaminin apa yang telah diciptakan. Karena tak adala lagi hal yang diciptakan sia-sia, walau hanya seekor lalat.

Dan dalam diri manusia itu sendiri, telah diciptakan otak kanan dan kiri. Mereka berkerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tinggal bagiamana umat untuk mengunakanya. Sebagaimana yang tertera dalam ucapaNya “ tidak akan merupakan merubah umatnaya selain umatnya sendiri” dan begitu banyak yang mengharuskan kita untuk menggunakan pikiran.

Terlepas dari itu semua, kembali ke awal penulisan ini tentang pembicaraan. bahwa tampa sadar seorang pendidik telah menafikan otak kiri. Yang mungkin merupakan kelibihan dari anak tersebut. Bukankah manusia diciptakan berbeda dengan bakat yang berbeda pula. Kita dilahirkan dengan perbedaan. “diciptakan kamu semua berbeda untuk saling mengenal”kurang begitulah ungkapan yang tertera dalam al-Qura’an.

Memang dalam ranah bangsa yang kita cintai bukan hanya guru yang berperan dalam keseragaman, tetapi pemimpin dalam orde baru. Yang sengaja menciptakan manusia-manusia robot. Dengan cara pembentukan pola pandang terhadapa ilmu-ilmu yang lain. Anak yang kurang mampu dalam hitung-hitungan dianggap kurang dibandingkan dengan imu yang bersifat sains.

Dan jika tersebut telah terjadi apa, dan siapa yang akan kita salahkan. Akhirnya kita telah beramai-ramai membunuh otak kiri. Jika akhirnya manyalahkan sistem yang telah menjadi dogma dan budaya. Yang menjadi sebuah pertanyaan apakah kita mampu untuk merubah itu semua

Memang untuk merubah sesuatu yang sudah menjadi budaya, merupakah hal yang tak mudah. Seperti apa yang diungkapkan oleh teman-teman tongkrongan. Karena tampa ilmu sosial atau seni tidak ada ilmu yang lain. Karena merupakan hal yang menjadi satu.

Dan saya rasa bukan waktunya lagi kita akhirnya harus sama. Karena tampa perbedaaan kita bukanlah apa-apa. Apalagi jika harus mengatakan bahwa ilmu yang sains merupakan hal yang utama yang menciptakan terjadinya diskrimanasi.

Berbicara seperti penyeragaman, jadi terngingat waktu itu saat aku berada di kosan teman. Saat menyaksikan one stop football yang ditanyangkan distasiun swasta (trans TV). Saat itu menyaksikan pembelian pemain sepek bola yang mencapai triliun.

Dan saat itu salah seorang dari kami mengatakan bahwa, kenapa orang-orang barat selalu sukses dalam segala bidang. dan jawaban itu ”cuman satu yaitu konsisten” yang akhirnya menghargai semua ke ilmuan. Atas peristiwa tersebut terdapat penghargaan.

Lantas pertanyaan selanjut apakah Indonesia bisa melakukan seperti itu, selama orang selalu diseragamkan dan terjadi diskrimanasi terhadapa ilmu pengetahuan hal seperti tak bisa terjadi. Mungkin masih banyak alasan yang lainnya.

Untuk itu marilah untuk saat ini mengkompanyekan tak ada lagi matematika lebih segalanya dari segala ilmu yang ada. Karena sepak bola merupakan sebuah ilmu. Dan biarkan anak berkembang menurut kemampuan yang ia miliki. Jangan sia-siakan bakat yang sudah Tuhan ciptakan.

Namun, dibalik itu semua guru masih mendapatkan julukan pahlawan tampa jasa. Mungkin semua hanya sebatas sistem yang menciptakan itu semua. Terutama guru TK, SD. Yang mengajarkan kita bagaiaman mengenal hurus. HIDUP GURU.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger