Home » » Apa Kabar, Rawit?

Apa Kabar, Rawit?

Saat raut wajah meneteskan keringat, dan bibir terasa pedas, saat itu terkadang mengutuk yang namanya cabe rawit, terkadang ada sebagian yang cukup menyebutnya dengan rawit. Dengan hanya berukuran sekelilingking bayi bahkan lebih kecil cukup untuk terus mengutuk diri.

Kutukan akan selesai saat rasa pedas hilang, lalu dengan nekatnya menyikatnya kembali seakan telah melupakan kutukan tersebut. Tapi, secara tiba-tiba semuanya berubah menjadi-jadi terhadap cabe tersebut.

Hal ini bukan hanya dikarenakan semakin pedasnya rasa. Tapi, saat itu, “bu, pake sambal.” Dijawab oleh pelayan warteg “tidak ada sambal.” “harga cabe, mahalnya.” Jawab pembeli. Kemahalan harga cabe pada bulan maret mencapai Rp 100 Ribu/kilo. Ini membuat orang merasa merasa wajib untuk mengutuknya.

Dan menganai atas harga tersebut petani seakan turut serta bertanggungjawab atas kegilaan harga tersebut. peran media yang begitu aktiv memberitakan harga cabe menjadikan Indonesia penuh dengan namanya cabe.

Bulan telah bergenti, dan sekarang apa yang terjadi dengan harga cabe? Media telah sepi memberitakan seputar cabe rawit. Dari sebuah data yang katanya dijamin kebenaran menyebutkan bahwa harga setengah kilo cabe mencapai Rp 5 Ribu, jadi harga satu kilo hanya Rp 10 Ribu.

Dengan hilangnya satu anggka nol membuaat harga cabe kehilangan harga Rp 90 ribu, dan jika dilihat dari ilmu statistik tentunya telah mengalami kemerosotan harga yang sangat total. Dan entah untuk bulan berikutnya?

Dari semua itu, sejenak untuk bertanya kenapa harga cabe melonjak sedemikian rupa dan begitupula menurun draktis? Apakah dari kenaikan harga petani diuntungkan, dan saat harga turun bagaimana dengan nasib Petani?

Selain itu, apakah dengan harga yang mencapai Rp 10 ribu/kilo merupakan harga yang wajar (stabil). Jika jauh dari harga stabil, seberapa seharusnya petani menjual harga cabe tersebut? saya kira mengenai peran tersebut sudah sepantasnya media juga masih turut terlibat dalam kesejahateraan masyarakat umumnya dan petani secara khusus untuk membantu meninjau dari kenaikan dan turunnya harga cabe tersebut?

Tak hanya itu, media juga dapat memberiakan tempat untuk petani berbicara seputar cabe tersebut, saya kira menteri seharusnya menteri pertaniaan lebih memahami petani dan dengan kebijakan dapat memberikan standar harga cabe tersebut.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

4 komentar:

  1. anjrittt, mantep bang tulisannnya

    sesuatu yg sepele dibikin menarik oleh tulisan lo.......

    BalasHapus
  2. Semua gara-gara cabe. Hihi. Salahkan cabe.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger