Home » » Kutukan Tak Hanya Jatuh Pada Sisifus

Kutukan Tak Hanya Jatuh Pada Sisifus

Dua kata yang berbeda, tapi hampir memiliki persamaan. Dan saya tak berminat untuk menjabarkan atau memperdebatkan mengenainya. Dari kata-kata yang menjadi judul saya, kata itu terlontar begitu saja.

Mengenai Kata-kata tersebut terlontar saat saya berada di jalan raya waktu pagi hari dan pada jam kerja. Saat itu seperti sudah bukan menjadi hal yang aneh saat jalan raya padat, dan rasa anda juga telah mengetahui hal tersebut.

Saat Jalan itu terasa benar-benar padat, tapi saat mengetahui jalan raya yang padat kenapa masih juga membunyikan klakson. Dari klakson satu hingga saling bersahutan, dan Kendaraan roda dua menyelinap diantara roda empat.

Atau coba anda saat waktu dan pada jam yang sama anda sempatkan diri pergi ke stasiun, atau bagi anda yang pernah ke stasiun. lalu apa yang anda saksikan? Beberapa orang yang turun dari kerata , lalu mereka berjalan menaiki anak tangga untuk membeli tiket, dan setelah itu, mereka turun kembali untuk menanti kereta tiba. Terkadang ada juga mereka mempercepat langkahnya saat hendak beli tiket atau sesudahnya. Tak ada jeda untuk menikmati secangkir kopi yang terlewatkan kala di rumah.

Atas apa yang terjadi, apa yang membuat mereka membunyikan klason, berlari membeli tiket? Sepertinya waktu yang telah menanti seketika itu, berubah menjadi pemburu yang menakutkan dan terus mengejar meraka.

Karena jika sampai terlewatkan beberapa detik atau beberapa menit urasan bisa menjadi kacau, karena berbicara tentang waktu, waktu adalah uang, jadi menggunakan waktu sebisa mungkin agar bisa menjadi uang. Dan bagi mereka yang tak dapat menggunakan waktu maka akan bersiap untuk kehilangan uang. Dan memang dalam firman Tuhan juga berbicara mengenai kerugian atas penyian terhadap waktu.

Terlepas dari pepatah dan firman Tuhan, yakni bagaimana kehidupan yang mengejar oleh waktu, dengan selalu merasa diburu oleh waktu. Karena mungkin juga ketakutan manusia adalah menjadi mahluk yang rugi, sehingga kita wajib membunyikan klakson, atau berlari di tangga saat kita hendak membeli tiket.

Tanpa menyadari dengan kehidupan yang selalu saja berulang pada hari esok, esoknya lagi, dan esok Lalu seketika itu anda bertanya mengenai itu semua, dengan berujar ternyata hidup begitu menjemukan. Karena begitu menjemukannya dan klimaks dari itu semua apa yang akan dilakukan agar dapat keluar? Memilih bunuh diri, berlibur, dengan harapan dapat keluar dari beban yang dipikul.

Atas apa yang menimpa apakah anda mengelak dari bagian dari Sisifus, sebuah mitos yang berasal dari Yunani. Mengenai mitos tersebut telah dipaparkan oleh Arbert Camus dalam bukunya Mite Sisifus yang bercerita tentang mitos Yunani yang mengagap bahwa bukan batu yang menjadi beban atas kutukan tersebut, adapun kutukan tersebut berupa mengakat batu ke sebuah gunung lalu digulingkan kebawah, lalu ia menaiki gunung kembali dengan mengakat batu tersebut, dan kehidupan tersebut terus saja berulang kali. Atas apa yang terjadi pada Sisifus, Arbert mengukapkan bahwa beban yang dipukul bukan terletak pada beratnya batu yang diangkat melainkan kehidupan yang terus berulang-ulang.

NB:Ini hanya catatan yang tak jelas berbicara tentang apa, maka jangan dianggap serius
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger