Home » » Hilangnya Nilai Sosial

Hilangnya Nilai Sosial

Awal mulanya mereka cuma bertiga, lalu saya datang sambil membawa segelas kopi hitam, dan sebatang rokok yang sedang kunikmati. Salah satu dari mereka mempersilahkan saya untuk duduk, sambil berujar “Mo, geser.” Dan pada akhirnya saya duduk berjejer dengan orang yang menggeserkan posisinya. Tepat di hadapan saya duduk seorang perempuan, yang tak kukenal sama sekali. Dan tepat saat mata melirik agak serong ke kiri terdapat seorang yang tadi berseru pada temannya untuk bergeser.

Akhirnya kami duduk berempat, lalu secara tiba-tiba datang seorang dengan tampang mengerut, dengan diikuti ujarannya, untuk meminta seorang perempuan bergeser. Akhirnya ia duduk di samping perempuan tersebut. Tempat yang menjadi tempat duduk, berupa bangku yang biasa ada di bus kota, dengan kapasitas muat berjumlah dua orang. Sedangkan bangku yang saya duduki, berupa bangku lebih panjang daripadanya.

Orang yang baru saja datang, secara tiba-tiba berujar mengenai uang, sambil menceritakan perihal kegilasahanya, apa yang menjadi kegelisahannya? Saya tak bermaksud mencertikaannya, tapi yang jelas ia gelisah karena uang, sehingga membuat tali persahabatan menjadi renggang.

Baru saja beberapa detik terlewatkan, ia pun memutuskan untuk pergi. Seusai ia pergi, teman yang meminta temannya untuk bergeser “seandainya tempat ini, dijadikan kontrakan, enak banget.” Lalu ia mengerakan tangan dengan berujar “1,2,3,” seakan ingin menebak beberapa petak yang dapat dibangun di atas lahan tersebut.

Memang tanah tersebut cukup luas, dan dapat dijadikan beberapa kamar, memotong ucapanya ungkap orang yang berada di samping saya, dan saya menambahkan, enak, setiap awal bulan maka dapat mengipas-ngipas hasil yang diperoleh dari meminta anak kost, dengan hidangan secangkir kopi dan rokok.

“Tapi, kasihan pada anak-anak tak ada tempat untuk bemain,” ungkapku secara tiba-tiba. Tempat bermain membawa pada sebuah ingatanku pada beberapa tahun yang lalu, mengenai sebuah tanah lapang. tempat tersebut sering digunakan untuk segala macam permainan, ada yang bermain bola, layangan, kejar-kejaran.

Tiba-tiba dalam satu minggu seketika itu pula, semuanya telah berubah, awalnya hanya ada papan yang ditancapkan dengan “bertuliskan tanah ini milik........” setelah itu dibuat pagar untuk membatasi tanah miliknya. Tak lama tanah lapang itu, terbagi menjadi tiga petak.

Di antara ketiga petak tersebut hanya satu petak yang masih dapat dijadikan tempat permainan, karena kedua petak tersebut telah berubah fungsi menjadi kontrakkan. Mereka yang bermian bola penuh dengan perasaan cemas, takut jika bola mengenai kaca jendela, atau pakaian yang sedang dijemur, karena tanah lapang yang berukuran lima kali tujuh meter tepat berada di depan salah satu rumah.

Karena merasa kesal atas apa yang terjadi pada rumahnya, maka pemilik rumah menjadikan tanah lapang tersebut ditanami oleh beberapa tanaman. Dan akhirnya keberadaan tempat tersebut, sudah tak terdengar lagi tangis, senyum, atau sorak kegimabaraan saat mereka dapat melesatkan bola jaring. lalu sang anak akan berteriak-teriak sambil menganyunkan kedua tangannya ala pesebak bola dunia.

Ternyata tak hanya membuat gelisah, ternyata uang juga dapat menghilangkan senyum, tangis, kegirangan yang meledak. Dan pada akhirnya anak memilih untuk bermian dengan alat teknologi yang membuat mereka tak menemukan tempat untuk bersosialisasi.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

4 komentar:

  1. sungguh menyedihkan memang melihat pudarnya nilai sosial dan kekerabatan di negeri ini. perlu ada upaya serius agar anak2 masa depan negeri ini tak terkena limbahnya.

    BalasHapus
  2. saya sepakat, bung. mungkin kita perlu berdiskusi. dan untuk semuanya terimakasih telah mengunjungi

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger