Home » »
Tak perlu judul, karena dengan judul sendiri menunjukan bahwa ada sebuah peryataan tentang keraguan. Dalam tulisan ini aku sendiri masih bertanya-tanya?

Setelah malam ini masihkah aku percaya bahwa matahari besok akan terbit, semua hanya kebiasaan yang membuat aku percaya akan hal tersebut. Hari ini entah mengapa semua terasa begitu hampa, bendungan hanya menahan untuk mengucurkan air mata. Tak hanya itu saja, taruhan uang di meja judi hanya sebuah pengharapan yang tak pasti hanya sebatas keyakinan saja, akan terwujudnya peluang.

Dan semua hampir berkata demikian, hanya untuk membuat aku menyakini bahwa semua pasti adanya.

Kala itu aku berusaha menyakini diri bahwa apa yang kunyakini benar adanya. Dari mempelajari perdebatan-perdebatan yang menunjukan bahwa kenyakinan itu benar adanya.

Lantas apa yang membuatku menjadi ragu, aku ragu dengan diriku sendiri, aku ragu dengan apa yang ada dihadapanku, dan aku ragu dengan keraguan itu sendiri.
Hari ini benar-benar terasa hadir keraguaan itu sendiri. Walau demikian aku bukanlah Descartes yang berujur tentang keraguan itu sendiri. Saat ini, aku hanya orang berusahan menterjemahkan keraguan dalam kehampaan, karena tak ada yang bisa memberikan jawaban tentang nilai itu sendiri.

Mungkin selama ini, karena nilai –nilai yang menjadi teman hadir disebabkan dari sebuah dogma. Itulah pertanyaan awal dari sebuah perjalanan hidup ini.

Aku sedang menunggu waktu dengan harapan kala waktunya tiba semuanya akan terjawab, karena waktu akan menuntun untuk menemukan sebuah jawabannya. Mungkin karena aku merasa lelah untuk menanti sebuah jawaban dari keraguan ini.
Yang menghadirikan apa pun,walau hanya berbentuk partikel-partikel yang dalam sekajap mimpi itu hilang begitu saja, atau dalam sekejap semua kembali hadir, hilang dan pergi lalu datang dan hadir, apakah memang ini adalah hukum alam itu sendiri.

Maka untuk saat ini biarlah aku berdialektika, karena ini adalah proses dalam penantian. Memang sedikit telat, mengapa baru sekarang aku menyadari bahwa manusia adalah sebuah prose s itu sendiri. Walau terkadang untuk berdialektika sendiri aku mengalami hal yang terasa sukar untuk terpahami.

Walau demikian aku tak bermaksud dengan mengagap bahwa setiap orang mempuanyai proses yang sama, semuanya terserah kepada pribadi masing-masing. Karena ini adalah dialektikanya masing-masing.

Maka biarkan semua terwujud, meskipun dengan kehampaan, oleh karena hampa sendiri merupakan bentuk pengenalan akan yang lain.
(Secret 29/11)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

6 komentar:

  1. tapi kehampaan itu akan sirna ketika kita bersama orang terdekat kita,,,
    hampa itu bisa membuyar ketika keceriaan menghiasi hari" kita,,,
    Cemangat abangg,,,!!
    :)

    BalasHapus
  2. hati-hati dengan kehampaanmu ceking...
    Nanti bisa membuat hidup stagnan. So, jgn terlarut dgn kehampaan yg abstrak itu tapi melangkahlah demi tujuanmu. Menjadi seorang laki-laki...
    Semangat...

    BalasHapus
  3. terimakasih semua, kehampaan yang mengenal semua sisi, dan akan memunculkan nilai.....

    BalasHapus
  4. Nilai seperti apa, bagaimana???
    Nilai pun takkan bebas nilai seutuhnya.
    Kamu itu...
    ditunggu posting tulisan barunya yah...

    BalasHapus
  5. wew ... keraguan
    jangan pernah ragu bung
    dalam ragu ada setan di belakangnya

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger