Home » » Akhir Kisah Buto

Akhir Kisah Buto

Tiba-tiba saja orang-orang mulai berdatangan dari adiknya ema, suaminya adiknya ema, dengan anaknya-ankanya. Dan kakanya emak juga berdatangan. Anak-anaknya bertemu dengan anak-anaknya emak.

Mereka bercerita, mereka tertawa, yang satu nangis membuat mereka tertawa riang। Aku melihat para bapak-bapak dari bapakku, kakanya dan adik-adiknya dengan suami-suami dari emak berkumpul dengan kopi dan rokok.

Di balik pintu kakakku berbaring di atas kasur masih dengan tatapan murung. Ia melihat mereka memakan, ia juga melihat dari satu orang hingga banyak orang mengejarnya. Hanya satu yang tak dia lihat, yaitu saat golok selesai diasah. Seperti orang-orang yang tertawa saat melihat orang menangis. Akupun juga demikian saat dia menangis.

Peristiwa itu masih ia lihat dalam baringnya, saat itu, ketika mereka dari entah mana saja berdatangan dengan membawa baskom yang berisikan beras dan ada juga yang membawa amplop yang setelah selesai barulah aku tau berisikan uang dari seribu, lima ribu, sepuluh ribu. Dan dari seseorang yang dekat dengan aku, kakakku, adikku, mamakku, orang yang selalu datang membawakan kami uang.

Lalu aku mencarinya dan temanku mencarinya, orang-orangpun ikut mencarinya. Mengejarnya, mengepungnya. Tak seperti biasanya, mungkin saja ia juga punya perasaan akhirnya ia lari dengan mengepakan sayapnya.

Saat pagi kami selalu mendengar dia berkukuruyuk menunjukan keperkasaanya. Semenjak kecil ia selalu dilatih untuk menjadi petarung. Saat itu aku, kakakku, temannya yang punya, juga berkumpul menyaksikan pertarungan yang membuat kakakku bangga.setelah selesai terkadang ia mengelapnya dengan kain yang basah, atau di waktu lain. saat menyisipkan waktu dalam hari. Saat dia memberikan makan untuknya, saat dia tidak berbuat apa-apa selaian dengan ayam.

Lalu ia memberikan nama, nama dari sebuah film. Film yang membuat dia memberikan kepada ayam jagoannya dengan sebuatan Boto.

Saat aku melihat ia meneggakan dada di depan para betina atau pun terkadang dia mengejar-mengejara para betina. Pernah aku melihatnya juga saat itu bulu-bulu sekitar lehernya berdiri dan potokan yang lancip hampir mirip rajawali lalu kakinya diangakat untuk mencakar lawannya. Dimulutnya kelihatan warna mereh. Hal itu dilakukan demi seorang betina.

Pagi-pagi benar aku melihat kakakku mengelus Buto, ia memandikan terlebih dulu sebelum dia memandikan dirinya atau sebelum dia menggunakan sepeda untuk mengotel kira-kira dua atau tiga kilo dari rumah kami.

Besok dia melakukan hal yang serupa dan esoknya juga sama sampai entah sampai beberebapa besok. Mungkin itu yang ia lihat di kasur itu. Dengan menggunakan kain sarung. Dengan kebingungannya, dengan tanpa daya.

Saat ia terpaksa menggantikan jelana dengan kain sarung. Untuk di rumah, sekolah ataupun saat dia berjalan-jalan. Waktu dimana bertepatan dengan gunting yang memotong pucuk dari kemaluaanya, saat itu juga sebilah golok menghunus di leher Boto. Tak ada lagi Boto yang berlari-lari mengejar betina. Tak ada lagi penguasa diatara jogo-jogo yang lain. Sang legenda berakhir di meja makan. Saat mereka telah menadapatkan bagian dari tubuh Boto.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger