Home » » Aku dan Lelaki Tua

Aku dan Lelaki Tua

Entah apa penyebabnya, yang aku tahu bahwa ia dilarang untuk masuk. Dan sampai saat ini, aku tak mengerti kenapa lelaki tua dan teman dilarang untuk masuk pada area tertentu. apakah ia tak pantas. Atau mungkin juga sudah sepantasnya baginya, Dan mungkin juga tempat itu terlalu keramat baginya.

Pertanyaan ini terus mengusik benakku. Sebelum hari ini, aku bertemu dengannya. Saat itu, aku sedang asyik menikmati hidangan kebiasaanku yaitu secangkir kopi dan terselip sebatang roko dijemari tanganku. Tiba-tiba seorang laki-laki berjalan dengan kepala membungkuk ke bawah. Terselip dimulutnya dengan warna merah menyala. Rambutnya seperti menunjukan tentang umurnya yang hampir kira-kira setengah abad. Perawakan kurus dan tinggi. Di dagunya dan bibir tumbuh bulu-bulu yang memutih dengan lebatnya.

Tanpa sadar setiap gerakannya, membawa pandangan mataku ke arahnya. Sesekali langkah terhenti hanya sekedar untuk mengambil sesuatu. Dengan menggunakan besi panjang yang pada ujung seperti mata kail. Lalu ia melangkah terus, melewati aku yang sedang duduk bersandar sambil menikmatinya air hitam yang telah lama mendingin.

Terlihat karung yang berwarna putih yang hampir menutupi punggungnya. Perlahan cahaya bulan yang sedikit pelit membuat pandanganku samar dan lenyap. Hingga aku mulai menatap kembali cairan hitam yang berada gelas berwarna putih.

Matahari tepat berada di atas kepala, cahaya membakar tubuh. Tenggorakan terasa begitu kering dan aku mulai berjalan menuju warung yang biasa menyediakan minuman dan rokok. Sambil menikmatinya, menatap lalu lalang orang, yang terkadang bercampur dengan kendaraan sepanjang jalan yang terdapat pedagang, jalan terkadang terasa sesat.

Aku berdiri, tiba-tiba entah dari mana datang, ia datang menghampiriku. Sambil tersenyum lalu mengambil sisa minumanku dengan pencukil yang berada ditangannya. kembali mataku menatapnya, lalu ia berjalan. Dan seperti semalam jua aku hanya menatapnya. Dengan sangat jelas aku melihat ia dari pakaian yang berwarna hitam dan celana berwarna hitam juga. Rambutnya terurai sampai kepundak dan hampir yang dipenuhi oleh warna putih. Ia juga memakai penutup kepala yang berwarna hitam. Pipi yang kian peot, dan warna kulit yang terbakar oleh matahari. Lalu seperti malam itu ia berjalan begitu saja.

Aku jua melangkah menghadap langkah-langkah yang barusan ia lewati. dan dia selalu melakukan hal yang serupa setiap aku bertemu dengannya.

Hari-hari kian mempertemukan aku dengannya. Terkadang nampak begitu jelas bagaimana raut mukanya yang semakin keutan-kerutannya dan matanya yang hampir tertutup oleh kelopak matanya. Dengan roko yang masih tetap terselip di mulutnya. Pakaian jua masih serba hitam.

Sengaja aku sisa kan minumanku lebih banyak terkadang juga aku membelikan ia masih utuh, tapi bagaiamana caranya aku memberikan untuknya. Apakah ia mau menerimanya, jika ini aku kasih kepadanya. Ataupun ia akan mengelaknya. Atau, atau , atau, entalah. Biarkan saja minuman ini aku letakan disini, siapa tau ia melihatnya dan mengambilnya. Semoga dia tak menolak.

Diam-diam aku mengikutinya, saat dia menoleh aku pun terkadang terasa malu. Apakah dia penjahat sehingga aku perlu mengikutinya. Aku hanya ingin tau kenapa ia mengambil sisa-sisa minuman. Apakah ia tak mempunyai duit hingga ia harus mengambilnya.

Terkadang saat ia atau temannya lewat tatapan sinis, seperti hendak menerka mangsanya. Pernah suatu saat aku melihat sebuah tulisan tentangnya. Aku hanya coba memahami dan bertanya-tanya apakah ia salah. Sehingga ia tak boleh masuk.

Aku coba bertanya kepada salah seorang yang lain, dan menanyakan tentang lelaki itu. Diam yang aku dapatkan, dan begitu juga yang lain. Dan kemabali kata-kata yang kurangkai dan kupertanyaankan, ”jika mereka tak mengenalnya, dan apakah pernah berbuat salah sehingga dilarang ”? Ataukah pakain yang kumel dengan dipayungi matahari yang membuat sekujur tubuhnya basah, dengan wajah yang dipenuhi bulu-bulu dan rambut yang gondrong membuat takut. Atau, atau, atau. Yang jelas tak ada alasan yang tepat membuat ia dilarang masuk.

Mungkin alasannya tepat baginya yaitu ketakutan mereka, bahwa ia akan mencuri sisa-sisa dari minuman mereka atau juga mereka takut ia akan mengambil hal yang lain. Sampai mengurangi kekayaan mereka. Ini lah menambah kamus pertanyaanku. Pada sebelumnya aku bertanya apa yang ada dalam karung itu hingga aku mencoba mencari tau, dan yang selanjutnya apa yang membuat dilarang untuk masuk. Hingga ia hanya menunduk kepala saat entah siapa juga yang tiba-tiba muncul di perkarangan rumah yang terhalang oleh pagar besi yang menjulang ke atas.” hei... kau tak melihat papan yang berukuran persegi panjang dengan luas kira-kira 50x70 CM.

Setelah aku mengetahui dan aku bertanya untuk apa juga mereka melarang hanya sekedar mencari sisa dari minum dan barang-barang bekas lainnya. Mereka hanya mengais rezeki guna melanjutkan kehiduapan yang kian keras.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger