Home » » Pertautan Rasa

Pertautan Rasa

Masih kucoba mencari kata-kata yang tepat dan kurangkai semuanya hanya sekedar berharap terhadap kata tersebut memang bahwa ini lah yang tepat. Semua hanya terdiam membisu dan hanya untuk menunjukan dirinya masih terasa begitu sukar. Seperti halnya dalam mimpi yang masih terpendam karena aku belum hendak berbaring.

Perasaan kian membuat jengah, hingga sejenak aku menikmati secangkir kopi yang telah mendingin. Yang meninggalkan rasa tak kumengerti antara pahit dan manis, namun terasa seperti rasa gurih, mungkin masih belum tepat, jika mencari rasa manis ataupun pahit yang aku cari dan nikmati selama ini. Rasa ini seperti membuka alam yang terasa terkurung dalam kamar kos yang berbentuk tak jelas.

Rasa yang terasa amat sukar diungkapkan, namun semua membuat aku tergila-gila dan tak kuasa menahan kerinduan jika dalam sehari aku tak menemukan secangkir kopi hitam. Dalam rasa yang tak ku mengerti, mungkin benar jua ia bukan untuk dimengerti melainkan hanya untuk dinikmati.

Diantara kata yang ku cari dan rasa kopi kini berpadu dalam rasaku. Lalu semua menjadi kembali tampa ada kata seorang pun yang terdengar, hanya tekanan dari papan ketik.. Malam pun seperti larutan gula dan kopi yang perpadu menjadi satu. Karena tak lagi nampak bintang atau apa pun hanya sinar rembulan, yang entah dimana karena tertutup awan.

Dan akhirnya tiba-tiba pikiranku kembali kepada kata-kata yang bisa, atau paling tidak bisa mewakili itu semua. Apakah benar aku benci atau apa, yang jelas semua terlalu memuakan sekaligus mengasikan.

Persaan tak karuan akhirnya menuntunku kepada harapan-harapan yang tak karuaan jua antara perjalanan atau cukup sampai disini. Tanya jawab dalam diri sendiri kian tak bisa kumengerti. Rasa ini terlalu angkuh hingga aku harus mencoba untuk mengerti.

Dan seperti kopi, ia terlalu angkuh untuk sekedar mengenalkan kepada yang lain tentang rasa yang ia miliki, mungkin karena diamnya dia, akhirnya mereka tau tenang rasa yang ada. Tentunya rasa ini akan berbeda.

Akhirnya pikiranku membawa kepada kata-kata yang masih kucari, yang berujung kepada serpihan-serpihan dalam ungkapan kata tersebut. dan entah dari mana datannya dan siapa sang pemilik dari kata ini, yang membuatku merasa apakah benar adanya tentang rasa itu.

Saat tanganku mulai menuliskan tentang “Aku temui kata yang entah dari mana datangnya dari siapa aku tak mengenalnya. Dan tiba-tiba saja aku menulisnya. Dalam waktu abadi tak perlu ada air mata, sebab tawa pun mencadra luka. Mungkin masaku segera tiba untuk akui kekalahan yang aku tunda. Sebab kata tak lagi bermakna dan sepi pun tak lagi berarti. Dan dalam cermin tak ada lagi banyangan dan musik tak lagi didengar di pasar.”

Dan saat itu air mulai berjatuhan dan aku menyaksikan orang-orang berteduh. Aku berjalan dan memandang meraka apakah meraka takut basah. Ini bukan hujan, ini hanya gerimis yang akan membawa kita kepada perasan sejuk setelah merasakan panas..

Pikiranku mulai membawaku kepada seseorang. Dan ingin rasanya aku mengajak dia untuk membiarkan dirinya juga terbasah. Mari lupakan sejenak apa yang ada, apa yang telah terjadi diantara kita yang membuat kita berpikir kita begitu berbeda dalam memandang. Angin membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan daun-daun.


kita hanya berjalan entah kemana atau berdiam diri. Setelah tubuh kita berubah menjadi dingin barulah kita sama-sama saling menghangatkan dan menikmati secangkir kopi. Kau masih menyukainya?

Kau sedang apa, saat ini turun hujan, menikmatinya atau hanya menyaksikan di depan jendela rumah mu. Dan mengapa kau hanya melihat bagaimana hujan perlahan-lahan turun dan mulai membesar. Dan tiba-tiba kau tersenyum melihat anak-anak yang bermain tampa pernah terfikirkan untuk apa mereka bermain hujan-hujanan, yang ada senyum.


Hari selalu datang walau aku berharap jangan kau datangi dulu hari ini, sebab aku masih mau menikmatinya. Mengapa juga kau menghampiri kami dan untuk apa pula kau datang seperti kilatan petir saat hujan. Kau memaksa untuk berhenti dan menyadari dalam tawa riangnya dengan membawa dalam diam, hanya detakan dada yang terdengar. Ia, kita terdiam, lalu tampa terasa keluar air dari mata kami.

Kau juga tau kan bahwa aku masih mau menikmati hujan ini. Dan seperti yang aku katakan marilah kita menikmati ini, dan biarlah aku mencium wangi rambut basahmu.

Akankah kau bermain hujan-hujanan kembali, saat hujan dalam hitungan hari yang tak menentu. Aku juga tidak tentu dan kau tak perlu untuk menjawabnya karena mungkin jawaban akan berbeda.

Karena mungkin bukan jawaban yang hadir saat hujan turun. Atau hanya tetesan air yang terlalu sering keluar untuk sekedar membasuh dunia kecil. Yang membuat aku tak sanggup berada dalam antara siang dan malam. Saat matahari kian redup, kaupun tak tak jelas, kesemuan yang yang menjinakan dalam sayap tak berbulu.

Benar kah telah melayang ataukah hanya ragamu, jika benar masih ada lantas untuk apa kau melangkah.


(Kosan, saat malam )
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger