Home » » vepi=manusia

vepi=manusia


Vepi merupakan pengidentitasan terhadap sebuah vespa berwarna putih, yang terus menjelajah ruang dan waktu selama ia mampu. Terkadang banyak hal-hal tak terduga dalam perjalanan ruang.

Memang tak hanya sekedar sesuatu yang pada akhirnya terukirlah sebuah julukan yang melekat pada dirinya. Mungkin hal ini tak jauh berbeda dengan penamaan seorang manusia dalam menembus dimensi, meskipun tanpa disadari.

Lantas, sejauh mana manusia melakukan perjalanan tersebut? Dimana pemberhentiannya? Sebelum manusia hadir dan mendapatkan indentitas diri, ia muncul dari tiada melalui proses menjadi ada. Seakan kehadirannya secara tiba-tiba atau sederhananya hal ini sama seperti vespa yang terbentuk dari rangkaian-rangkaian.. Akhirnya, terbentuklah sebuah nama Vepi. Saat keduanya hadir dengan riuh gembira menjadi hal yang tak pernah terungkap.

Dan perjalanan menyisakan waktu yang terlewatkan sampai tak pernah mengetahui ujungnya. Ataukah kata kematian itu, akhir dari semuanya yang menjadikan perdebatan tak terhindarkan adakah kehidupan setelah kematian. Hanya orang-orang yang percaya yang menemukan sebuah jawaban. Tak jarang kita menumakan sesuatu tak pernah kita rencanakan sebelumnya, ataupun hal-hal yang tetap hadir meskipun kita berusaha untuk mengelak.

. Sama halnya dengan saat kita tercengang saat melaju kendaraan kita dan akhirnya sampai ke suatu yang tak pernah kita sangka. Dunia hadir dengan diam dan menyimpan sejuta rahasia. Yang mengusik untuk mencari jawaban atas teka-teki tersebut. Jawaban kebenaran hanya luapan dari kegetiran atas mesteri tersebut.

Dari mana/bagaimana nilai-nilai kebenaran tersebut, manusia hanya subjek sekaligus objek dari perdebatan. Dan pemecahan akan perdebatan hanya menghasilkan bagian-bagian. Dan seterusnya coretan-coretan pengetahuan kian memenuhi pikirannya entah itu datang berupa doktrin yang berupa kesepakatan umum, atau hal-hal lain yang tak akan pernah terungkap.

Seperti halnya membedakan antara alam dunia nyata dan mimpi. Dimana pemisah diantara keduanya ataukah hanya sebatas saat kita tertidur lelap. Lantas dimana jiwa kita saat kita tertidur dan paling utama saat kita berada dalam ruang tertentu. Atau apakah yang lakukan hanya ruang-ruang semu/tak sebenarnya.

Perlahan namun pasti itulah waktu yang dengan sabar menuntun dalam setiap perjalanannya. Siap tak siap waktu akan selalalu siap. Dan dalam waktu pula telah mendapakan dirinya akan sebuah nilai-nilai yang memposisikan dua hal baik-jahat, hitam-putih. Dan terkadang posisi itu hadir dalam bentuk agama dengan sagala konsekuaensi.

Yang akhirnya terbentuk apakah dalam diri telah ada kencederungan akan baik maupun jahat. Dengan lugas apakah ini sebuah pillihan atau merupakan takdir dalam menuntukan karekter. Mungkin banyak hal yang tak pernah dipahami bahwa kata baik merupakan cerminan dari jahat.

Nilai-nilai pun hadir menyertainya yang di tuangkan dalam kehidupan. Untuk itu pula pengklaiman kebanaran bermunculan dengan ego yang hadir. Lantas bagaimana baiknya. Semua tak akan pernah terpecahkan kebenaran hanya terdapat dalam genggaman kekuasaan. Seberapa besar pengukuhan terhadap kebenaran, ia tak akan pernah ada. Memang terkadang Atas nama itu pula nyawa telah menjadi kebenaran.

Manusia bergerak dengan pikiran untuk menjelajah dan vespa menjelajah dengan mesin dan semua terdapat titik kejengahan yang tak akan pernah terpecahkan. Sat-sat takdir bergentayungan dalam rutinatas yang terkadang menjengahkan selayaknya vespa kala berhenti saat diperjalanan entah apa rasa yang ada. Hal-hal yang sama hadir dalam keseharian hingga terasa begitu jengah. Dan untuknya pula perasaan yang membabi buta akan sebuah kemaknaan akan hari. Apalah arti sebuah nama jika nama hanya sebatas nama yang tak akan pernah mencapai pemaknaan yang abadi.

Lantas untuk apa nama ini hadir dalam melusuri perjalanan. Akankah nama hanya sebatas pengenalan diluar dirinya. Namun terkadang kita menanyakan untuk apa ada. Jika Akhirnya pikiranpun tak mampu menulusuri labirin-labirin tersebut. Dan untuk itu pula dengan terengah-engah menuntun vespa agar sampai kepada tujuan.

Makna hidup hanya terdapat saat vespa itu berhenti dalam perjalanan. Dengan bangga duduk diatasnya saat melaju mulus, dan sebaliknya. Begitu pula dengan manusia yang tak pernah berhenti dalam rutinitas meskipun tak akan pernah mengerti dari rutinitas tersebut. Saat jatuh semua terasa kosong.

Kekosongan jiwa yang hadir mengisi tengki vespa dan akhirnya melaju. Namun di titik tertentu akhirnya kembali kosong. Dan penyelasaan tak akan pernah berujung kenapa membawa vespa sebaiknya aku simpan saja di gudang. Dengan senidiri manusia terlarut dalam kubangan yang tak menemukan siapa AKU.

Ciptutat 10 Feb 09

Vepi =Manusia

Vepi merupakan pengidentitasan terhadap sebuah vespa berwarna putih, yang terus menjelajah ruang dan waktu selama ia mampu. Terkadang banyak hal-hal tak terduga dalam perjalanan ruang.

Memang tak hanya sekedar sesuatu yang pada akhirnya terukirlah sebuah julukan yang melekat pada dirinya. Mungkin hal ini tak jauh berbeda dengan penamaan seorang manusia dalam menembus dimensi, meskipun tanpa disadari.

Lantas, sejauh mana manusia melakukan perjalanan tersebut? Dimana pemberhentiannya? Sebelum manusia hadir dan mendapatkan indentitas diri, ia muncul dari tiada melalui proses menjadi ada. Seakan kehadirannya secara tiba-tiba atau sederhananya hal ini sama seperti vespa yang terbentuk dari rangkaian-rangkaian.. Akhirnya, terbentuklah sebuah nama Vepi. Saat keduanya hadir dengan riuh gembira menjadi hal yang tak pernah terungkap.

Dan perjalanan menyisakan waktu yang terlewatkan sampai tak pernah mengetahui ujungnya. Ataukah kata kematian itu, akhir dari semuanya yang menjadikan perdebatan tak terhindarkan adakah kehidupan setelah kematian. Hanya orang-orang yang percaya yang menemukan sebuah jawaban. Tak jarang kita menumakan sesuatu tak pernah kita rencanakan sebelumnya, ataupun hal-hal yang tetap hadir meskipun kita berusaha untuk mengelak.

. Sama halnya dengan saat kita tercengang saat melaju kendaraan kita dan akhirnya sampai ke suatu yang tak pernah kita sangka. Dunia hadir dengan diam dan menyimpan sejuta rahasia. Yang mengusik untuk mencari jawaban atas teka-teki tersebut. Jawaban kebenaran hanya luapan dari kegetiran atas mesteri tersebut.

Dari mana/bagaimana nilai-nilai kebenaran tersebut, manusia hanya subjek sekaligus objek dari perdebatan. Dan pemecahan akan perdebatan hanya menghasilkan bagian-bagian. Dan seterusnya coretan-coretan pengetahuan kian memenuhi pikirannya entah itu datang berupa doktrin yang berupa kesepakatan umum, atau hal-hal lain yang tak akan pernah terungkap.

Seperti halnya membedakan antara alam dunia nyata dan mimpi. Dimana pemisah diantara keduanya ataukah hanya sebatas saat kita tertidur lelap. Lantas dimana jiwa kita saat kita tertidur dan paling utama saat kita berada dalam ruang tertentu. Atau apakah yang lakukan hanya ruang-ruang semu/tak sebenarnya.

Perlahan namun pasti itulah waktu yang dengan sabar menuntun dalam setiap perjalanannya. Siap tak siap waktu akan selalalu siap. Dan dalam waktu pula telah mendapakan dirinya akan sebuah nilai-nilai yang memposisikan dua hal baik-jahat, hitam-putih. Dan terkadang posisi itu hadir dalam bentuk agama dengan sagala konsekuaensi.

Yang akhirnya terbentuk apakah dalam diri telah ada kencederungan akan baik maupun jahat. Dengan lugas apakah ini sebuah pillihan atau merupakan takdir dalam menuntukan karekter. Mungkin banyak hal yang tak pernah dipahami bahwa kata baik merupakan cerminan dari jahat.

Nilai-nilai pun hadir menyertainya yang di tuangkan dalam kehidupan. Untuk itu pula pengklaiman kebanaran bermunculan dengan ego yang hadir. Lantas bagaimana baiknya. Semua tak akan pernah terpecahkan kebenaran hanya terdapat dalam genggaman kekuasaan. Seberapa besar pengukuhan terhadap kebenaran, ia tak akan pernah ada. Memang terkadang Atas nama itu pula nyawa telah menjadi kebenaran.

Manusia bergerak dengan pikiran untuk menjelajah dan vespa menjelajah dengan mesin dan semua terdapat titik kejengahan yang tak akan pernah terpecahkan. Sat-sat takdir bergentayungan dalam rutinatas yang terkadang menjengahkan selayaknya vespa kala berhenti saat diperjalanan entah apa rasa yang ada. Hal-hal yang sama hadir dalam keseharian hingga terasa begitu jengah. Dan untuknya pula perasaan yang membabi buta akan sebuah kemaknaan akan hari. Apalah arti sebuah nama jika nama hanya sebatas nama yang tak akan pernah mencapai pemaknaan yang abadi.

Lantas untuk apa nama ini hadir dalam melusuri perjalanan. Akankah nama hanya sebatas pengenalan diluar dirinya. Namun terkadang kita menanyakan untuk apa ada. Jika Akhirnya pikiranpun tak mampu menulusuri labirin-labirin tersebut. Dan untuk itu pula dengan terengah-engah menuntun vespa agar sampai kepada tujuan.

Makna hidup hanya terdapat saat vespa itu berhenti dalam perjalanan. Dengan bangga duduk diatasnya saat melaju mulus, dan sebaliknya. Begitu pula dengan manusia yang tak pernah berhenti dalam rutinitas meskipun tak akan pernah mengerti dari rutinitas tersebut. Saat jatuh semua terasa kosong.

Kekosongan jiwa yang hadir mengisi tengki vespa dan akhirnya melaju. Namun di titik tertentu akhirnya kembali kosong. Dan penyelasaan tak akan pernah berujung kenapa membawa vespa sebaiknya aku simpan saja di gudang. Dengan senidiri manusia terlarut dalam kubangan yang tak menemukan siapa AKU.

Ciptutat 10 Feb 09

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger