Home » » Bukan pegawai negeri

Bukan pegawai negeri

Diantara coleteh binatang malam, suara orang-orang pun hadir, mereka saling sahut menyahut, memang kurang terdengar jelas dibalik dinding kamar. Semilir angin malam masuk melalui celah yang berada di atas pintu, jendela, dan lubang-lubang yang lainnya.

Kawanan nyamuk seperti merayakan pesta, selih berganti dan terkadang beberapa ekor menyerang bertubi-tubi menyerang, sepertinya tak merelakan aku memejamkan mata. Tanganku terlalu sibuk dengan urasan bintang yang terus mengiang dengan cara mempertemukan ke dua telapak tangan yang mengeluarkan “plok”, terkadang tamparan mendarat pada daerah sekitar pipi, lalu menutup lubang telinga. Di atas kasur yang terasa kerasnya tubuhku hanya membalik-balikan bandan, memiringkan badan , “tak ada posisi yang benar-benar nyaman. Semuanya terus mengulang-mengulang.

Lalu kuraih salah satu buku yang berserakan dengan harapan dapat memejamkan mata. Waktu yang tertera di HP telah menunjukan hampir pukul 02.00 WIB. Bagaimana caranya mata ini, dapat memejamkan, dan sebelum matahari menampakan diri, aku harus benar-benar telah meninggalakan ruangan.

Apakah aku akan meninggalkan ruangan yang berukuran 3x4 Meter, dengan membawa pakaian pakaian yang ada di gantungan atau memilih yang di almari. Tapi, baru saja ku sampai, dan tubuh ini terasa lelah, bukan ku datang hanya sekedar beristirahat. Dan seandainya keluar dan hendak kemana? Setiap nama terlintas, apakah semuanya masih terjaga.

Kuraih HP, salah satu merespon “sekarang ada di Bekasi”. “sekarang bagaimana caranya aku tidur, dengan suara-suara yang masih terdengar dan juga binatang yang selalu menjengkelkan bernama nyamuk”.

Kupastikan kembali angka-angka yang tertera di HP, tertera 03.00. “ternyata sudah satu jam”. lebih baik menjaga diri, agar aku tak tertidur. Kuraih kumpulan putung-putung yang didapati dalam kumpulan celengan yang telah dijadikan asbak.

Kuhisap dan menyeruputi kopi yang terasa seperti es. Lalu kumatikan kembali saat kedua jemari yang mengapit rokok tersebut terasa panas. Ku cari yang kira-kira masih bisa kunyalakan. Namun, hampir semua tak ada yang menyisakan untuk dapat terbakar.

Akhirnya, aku hanya duduk terdiam, dan secara tiba-tiba tubuh telah merebahkan diri dan perlahan-lahan mata terpejam. dan saat kusadari saat sinar matahari menebus celah-celah dan juga menbos gorden. Kuraih kembali dan waktu telah menunjukan pukul 11.00 WIB.

Aku harus benar-benar meninggalkan ruangan ini, saat kaki hendak melangkah terasa begitu berat. “jangan-jangan”, semua nampak dengan jelas saat seorang yang datang dengan ketukan pintu yang begitu nyaring terdengar. Entah datang darimana Kekuatannya hingga tiap ketukan semakin membuat pintu semakin bergetar, tak dihiraukan pintu tersebut akan roboh.

Baru saja anak kunci memutar, sesosok perempuan langsung menyerang, lalu berujar “sudah tanggal berapa sekarang”. Aku hanya tertunduk diam.

Baru kemarin tanggal satu dan sekarang udah bertemu kembali dengan angka tersebut. Dan paling tidak sebelum dia mencapai puncak hanya menyisakan empat hari lagi. pikiranku kembali menyusun nama-nama yang sementara ini dapat menjadi dewa penyelamat.

Ah, untuk sekarang aku harus segera keluar dari ruangan ini. Dan tepat daun pintu terbuka. Mataku telah menatap tepat pada matanya, dada ini kian berdetak dengan kencang, “ah, terima saja bisa yang akan menyerang ini, walau aku sama sekali belum mempunyai menangkal bisa.

Kurogoh HP terlihat sebuah angka lima, rupanya sudah tanggal limat. Perempuan kian mendekat. Seandanya bisa itu telah terlontar akan kuserahkan saja satu-satunya barang yang masih bisa dijadikan jaminan.

“tidak, saat ini aku harus bisa menahan bisa-bisa tersebut, setidaknya agar dia juga mengerti , dan paling tidak dia juga paham dengan umur ya, yang aku sendiri tak memahami dengan begitu jelas, tapi saat dilihat dengan dia berperawakan tak terlalu tinggi walau ukuran asia, dan tulang pipi yang semakin menonjol, rambut yang telah memutih, mata besarnya akan semakin membesar, hidung yang begitu lancip seakan dia seperti bukan asli orang sini.

Tubuhnya semakin medekat, jarakku kurang lebih setengah meter. Dan dia bersuara semakin terdengar dengan jelas.”iya nek, sekarang sudah tanggal lima” aku terdiam kembali. aku terdiam kembali, setiap kata yang telah terangkai memudar.

Tenggorokan terasa semakin kering, lidah semakin berasa kelu. Apa yang akan hendak kukatakan padanya. Semua kata-kata hanya memedam dalam hati, kenapa begitu sukar untuk meledak. Kata-kata tersirap entah kemana yang tersisa “seperti pegawai negeri saja” , entah datang dari mana kata tersebut. ‘

Kata yang tak terpikirkan sebelumnya, kini telah hadir dengan begitu jelas. Lalu terlontar begitu saja, “seperi pegawai negeri, saja” setiap tanggal muda datang, lalu berlanjut “aku bukan pegawai negeri, tiap tanggal ini pasti ada jaminannya.

Mulut tersenyum, banyangan lalu perlahan memudar, ternyata aku telah menemuai seorang nenek dari masa lalu.kata maafku hanya kenyataan yang lalu. Dari tadi, aku hanyat terdiam dan satu-satunya kalimat yang telah terlontar “aku bukan peggawai negeri, dan nenek juga.

“permisi”, sambil aku meninggalkan sosok perempuan yang begitu rapuh.

Ciputat,16,03/2011
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger