Home » » Pahlawanku

Pahlawanku

Sholat tak kunjung selesai, pikiranku telah terganggu oleh acara filim kesayangan yang ditanyangkan salah satu stasiun RCTI. Iya itulah yang kami tau. Saat kami masuk sekolah, aku akan ikut aktif bercerta bagaiaman Satria Baja Hitam melawan musuh-musuhnya.

Selapas sholat ashar kami bersiap-siap untuk pulang. Setelah hampir satu jam kami diperkenalankan oleh huruf-huruf arab. Tiba-tiba saja hujan turun dengan amat derasnya. Satu-persatu terlihat murung, tidak seperti biasanya kala air mulai turun. Kami bisanya berkumpul di lapangan untuk berebutan bola dan setelah mencetak gol, lalu mengekspresikan seperti pemain bintang
.
Kalau hujan tak henti, kami akan kesusahan menyaksikan kesayangan kami. Yang biasanya kami akan berlomba mencapai rumah dengan mengotel sepeda. Aku melirik pada berbentuk persegi panjang dengan bandul yang menggantung pada jarum-jarum yang berputar. Jarum pendek sudah berada pada angka 4 dan panjang tepat berada pada angka 12.

Akhirnya tampa pikir panjang, aku dan ke dua sahabatku berlarian menuju tempat penyimpanan sepeda. Lalu kami mengotel, saling salip-menyalip menerobos hujan. Dan terkadang kami mendapatkan cepretan dari mobil yang melaju diatas genangan air.

Sesaimpai di rumah akhirnya kami mengelap sepeda dengan riang, karena ini aku telah berencana untuk meninggalkan rumah. Mengikuti kisah film pendekar yang dengan pakaian yang terbungkus oleh kain sarung.

Dan tak ada lagi air yang turun dari langit. Dan aku mulai bersiap diri untuk pergi ke tempat yang yang terhalang oleh sawah-sawah. Adiku mulai merengek untuk ikut, tiba-tiba keponakanku yang berumur sebaya dengan adiku melakukan hal yang sama.

Dengan sandal yang penuh dengan tanah, aku tetap melangkah. Setelah sampai dimana seorang warga yang memiliki antena seperti tutup panci yang berukuran lebih besar. Kami mencuci kaki di tanah berlubang dengan air yang telah berubah warna menjadi kuning.

Dan saat pintu aku buka, ternyata tak bisa jua. Akhirnya kami saling berdesakan untuk menyaksikan dari jendela. Dan tiba-tiba semua kaca tertutup oleh hordeng. Dan tiba-tiba salah seorang berujar “di tempatnya a biasanya dibuka” dan komentar yang lain “ah pelit” kami melangkah mempercepat langkah.

Suara tangisan mulai terdengar dari adiku. “aa sandal” “udah tengteng aja, cepatan entar keburu habis” jawabku. Dengan menggerutu akhirnya aku membawakan sandal yang tertutup dengan tanah. Tepat dari sana teryata telah berkumpul beberapa orang yang menyaksikan melalui kaca jendela.

Langit telah berubah menguning, matahari perlahan-lahan kian tak nampak suara-suara kodok yang berada seperti hamparan danau, karena tak terlihat galengan tertutup oleh air yang saling saut-menyaut. Di tengah-tengah hamparan air telihat orang yang terbuat dari jerami. Memang terakadang aku, atau yang lain berjalan disana untuk mencari liang belut. Atau membentuk batas-batas yang kami rabut dari potongan pohon padi, lalu membuang air dengan ember (nawu) setelah itu barulah mencari ikan.

Setelah tadi kami melihat langit yang bewarna merah, kuning, jingga. Dan kami menyakini bahwa disana ada bidadari yang sedang mandi. Dan kadang kami menyebut selendang bidadari.

Dan mereka mulai pulang. Dengan perasaan yang tak menentu. Ke esokan harinya hampir semua teman kelas menceritakan apa yang telah mereka tonton dengan gaya saat satria baja hitam berubah. Aku pun menanyakan “sia nyeli be weni” lalu dijawab “beh imahna si Rum” jam istirah telah usai. Kami kembali masuk ke kelas, setelah aku mentraktir temanku yang tadi bercerita tentang monster yang dikalahkan. Dengan senang, hanya mendengarkan dan berharap dengan jalan temanku yang kebetulan bersaudara dengan pemilik, yang akhirnya aku tau bahwa nama tutup panci besar itu yaitu parabola mengijinkan aku masuk.

Tengah-tengah pelajaran sebelum guru masuk, ataupun saat kami sibuk bermain kelereng, beberapa orang yang main satria baja hitam dan salah satunya menjadi monsternya terkadang sampai ada yang menangis. Dan semua kemabali lagi seperti ke awal. Sosok penuntas kejahatan telah begitu melekat dihati kami. Bahkan mereka telah menjadi pahlawan kami. Yang terkadang kami telah melupakan sosok pahlawan kami yang sebenarnya. He…he…..
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger