Home » » ILUSI

ILUSI

Saat kutatap rembulan masih sama seperti hari kemarin. Hembusan angin menambah suasana terasa dingin. Seruputan kopi yang mengebul dan kepulan asap yang aku isap menghangatkan suasana. Aku tersentak secara tiba-tiba, dirinya hadir bersapa dengan senyum yang riang. “sedang ngapain “ tanpa menjawab aku hanya melontarkan senyum sebagai jawaban atas pertanyaannya.

Diikuti iringan langkahnya ia menghampiri, aku dan dia terdiam entah sampai berapa lamanya waktu, namun mungkin kami tak terdiam, hati ini yang akan berkata. Kurasakan dengan jelas saat detak jantungku berirama dalam menghempaskan kesunyian.

Sekelali mataku menoleh ada senyum indah yang ia lemparkan atas balasan senyumku dan aku mulai tersenyum hingga akhirnya kami saling berbalas senyum. Aku hendak mengucapkan mungkin hanya sepatah kata atau beberapa kalimat, namun mulutku terasa sukar untuk mengukapkan. Apa yang akan terjadi dengan ini? Kenapa mulut ini terasa sukar untuk kuawali percakapan dengannya.

Kembali kupandangi wajahnya yang samar karena pancaran cahanya rembulan yang sedikit pelit untuk malam ini. ” ada apa dengan ku, kenapa kau menatapku seperti itu” dia berkata kembali semenjak kata dia yang pertama. Ah ini langkah awal untuk memulai percakapan dengannya pikirku. Kembali semua membisu. Akankah kumaki diri ini yang tak mampu sekedar menjawab. Pandangan ini mulai melirik kembali saat ia sedikit merapikan rambut yang semenjak tadi menari- nari diterpa desiran angin, dengan usapan tangan. Seandainya tangan itu adalah tanganku sungguh akan terasa indah.

Tanpa bisa menyebutkan dengan jelas aku berucap ”eh ” ”ia ada apa” dia menjawab dan seketika matanya beradu dalam bertatapan dan ia mengulangi perkataannya kembali ” iya ada apa” tak ada kata yang keluar hanya suara binantang malam yang terdengar nyaring. Aku sedikit mengegeserkan badanku lama kelaman jarak dia dan aku kian tak ada jarak. Yang mulanya kira-kira berjarak satu meter. Tangan ini dengan sendirinya mengayun-ayun diatas kepalanya. Tatapan matanya menatap wajahku yang hanya mampu menatap. Dia mengibaskan tangannya pada tanganku yang semenjak tadi asik dengan kegiatanya. Dan dia berlari terus berlari tampa menoleh sedikitpun.

Kuhanya menatap tak mau sedikit menoleh tatapan lurus, hati ini mulai bertanya ada apa dengannya? Dan kata itu bergelut dalam pikiranku.

Tiba-tiba mulut ini terasa panas, yang semenjak tadi asik mengularkan asap. Dan kutatap kebawah kuhitung berapa jumlah yang telah kuhisap dan kuraih bungkus roko dan kukocok-kocok tak terdengar suara sedikitpun dari balasannya. Aku mulai mengumpat seten ternyata ini adalah roko yang terakhir sungguh sanyang bila aku buang, jika tidak apakah bibir ini terasa kuat untuk menahan rasa panas.

Ternyata semua hanya lamunan, kian indah saat semua menjadi nyata.
Aku mulai dengan kegelisah. cemas jika kebahagian tak kunjung hadir. Ah elahku aku akan lebih cemas saat roko tak tersisa.

Semenjak lamunan terus mengasikan dia hadir dalam apa yang kita pikirkan hingga aku terus mengasikan dalam mimpi yang penuh dengan keindahan. Pernah aku memimpiikan dalam dunia yang aku ciptakan peristiwanya tak jauh berbeda dengan tokoh yang aku cipatakan dalam ciptaanku yang pertama. Saat itu dia hadir saat aku bercermin dia datang dengan wajah tak seceria pertama dia datang agak atau mungkin aku menyatakan lebih pelit, mungkin saat itu dia datang dengan wajah yang menahan amarah sehingga mau tak mau tetep wajah yang dibalit senyum hadir.

Sekarang dia yang diam dan aku mulai bertanya-tanya ada apa. Sedikit aku melemparkan senyum dengan penuh harap senyum ini datang seperti senyum dia saat melemparkan senyum kepadaku. Aku mulai menanti reaksi dia. lama apa yang aku nantikan tak kunjung datang. Dia tak sedikipun, hanya nampak seperti zombi. Ah begitu sukarkah yang nampak darinya walau hanya untuk membalaskan senyum yang telah terlemparkan. Lama aku menatap malah sebalik apa yang aku harapkan dia mengupat dan kembali dia berlari.

Dan saat itu pernah dia datang dalam mimpi yang benar-benar mimpi saat itu entah kapan tepatnya aku tak mengetahui secara pasti yang aku mengetahui bahwa itu telah terjadi. Dia datang dengan nada penuh marah.

Aku lelah dengan apa yang aku alami dalam tokoh yang aku buat sampai saat ini aku mulai menyadari dalam kesendirian menciptakan apa yang akan aku ciptakan. Aku juga mulai merasakan kemuakan yang benar-benar muak sampai kapan semua ini mesti terlewatkan sampai tokoh yang aku ciptakan hadir dalam wujud yang benar ada.

Kebebasanku akhirnya direnggut pula olehnya, mainan aku sendiri. Percuma jua aku memasukan tokoh-tokoh yang hendak aku pilah menjadi bagian dari mimpi ini. ”Siapakah yang mampu membedakan antaranya?” Semua menjadi semu.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

4 komentar:

  1. Siapakah tokoh yang ada dalam ILUSI di atas??? Bukankah sekarang telah menjadi kenyataan bukan sekedar ilusi saja?
    Hargai itu dan jaga terus aku... ^_^

    BalasHapus
  2. ayo dong... posting terus!!!
    Ayo berkarya. Buktikan kepada semuanya...
    SEMANGAT!!!
    Hidup adalah perjuangan...

    BalasHapus
  3. kita apa????
    nama hubungan ini apa???

    BalasHapus
  4. SeketiKa aQu taU akan seSuaTu..BAhwa se9aLa seSuaTu'a aPapUn y9 teRjadi dLm hdp ini ataU di anTaRa qiTa biaRkanLah men9aLir be9itU adanya..

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. vepiTouring... - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger